Sabtu, 29 Februari 2020

Sebuah Cerita Tentang Bahagia Hari Ini

Ini cerita tentang sebuah bahagia sebentar saja.

Penunjuk waktu ditanganku menunjukkan angka 4 titik dua 30 aku merapihkan ruang beristirahatku sementara, ponselku bergetar, ternyata pesan darimu

"aku otw jam 5 ya"
"okayy, berkabar ya"

Aku dikejar waktu, detak jantungku menggebu gebu. Aku tengok jendela kamarku, sepertinya sedikit kelabu berkata dalam batinku. Aku bergegas keluar mengunci pintu, lalu makan nasi bungkus pemberian kawan lamaku.

Tak lama panggilan ibadahpun berseru, "aku sholat dulu ya" katamu.

Jantungku semakin ribut, aku kalut, takut kamu tidak bisa menyatu denganku. Akhirnya kamu datang.

"hallo" kata pertamaku sambil tersenyum dan mengajukan tangan untuk tanda perkenalan hmm atau perdamaian??

Kamu balas senyuman, haduhhh jantungku semakin gaduh, tanganku berkeringat, aku nerveous berat.

Kau membuka pembicaraan, mengajak makan malam, tapi aku bilang kamu saja, karena perutku sudah diisi baru saja belum lama. Disana kita mulai bercerita.

Ayuk, temanku mungkin sudah sampai, kita berjalan satu langkah menuju lahan tanpa atap, rintik hujan menyambut bahagiaku.

"waduh, hujan deres ini jas hujan cuma ada satu lagi. Ayok naik cepetan cafenya jauh banget lagi"
"gapapa aku suka hujan - hujanan" tanganku menyambut kearah hujan datang sambil tertawa

Kamu membelokan setir tiba - tiba, ku pikir kamu ingin berteduh sementara, ternyata sudah sampai di cafenya.

"ihhh katanya jauh" aku sedikit berteriak, kamu lari masuk duluan lalu aku menyusul
"ihh nyebelin" kamu hanya membalasnya dengan senyum khas milikmu.

Malam ini berjalan begitu cepat, hangat, dan cukup banyak cerita yang melekat.

Kamu antar aku pulang, lalu kita tenggelam bersama cerita versi kita masing - masing di waktu yang sama.

Sebenarnya masih banyak hal yang ada dikepala, tetapi tidak bisa di tulis semuanya, yang cukup bikin aku senyum - senyum sendiri kalau mengingatnya.

Intinya,
Terimakasih bahagianya, walaupun cuma sebentar saja, besok lagi ya :)

Dharmahusada - 01/03/20
Suarasarasore

Gedung Tua Sudut Kota

Ingat tidak?
Ditempat ini kau menyapaku dengan hangat, dengan senyum yang sampai saat ini masih teringat.

Dulu, kau hanya angan semu. Sampai akhirnya kita kembali bertemu. Kamu kembali, anganku hampir menjadi nyata, aku mulai jatuh cinta.

Beberapa hari kita lewati ditempat ini, gedung tua di sudut kota yang masih terjaga, kau semakin membuatku tak bisa lupa, kita pernah sama sama berjuang ditahun yang berbeda, kau semakin nyata.

Sampai akhirnya, kita sama - sama pergi, meninggalkan gedung tua ini, tapi kau tau? Aku tidak benar - benar pergi, hanya kau dan segala rasa yang telah aku beri tanpa kata tapi, kau pergi tanpa meninggalkan apapun, kecuali harapan dan janji yang pernah terucap, juga aku dengan segala pertanyaan yang masih belum terungkap.

HLP - 23/02/20
Suarasarasore

Jumat, 28 Februari 2020

Rumah

Di tempat ini,
Beberapa tahun lalu,
Bertemu 2 insan tuhan yang baru saja menyatu,

Terselip sebuah doa agar mereka selalu bersama. Namun mereka tak lagi berdaya ketika semesta menunjukkan kuasanya.

Dinding dinding yang dulu menciptakan kehangatan, kini terasa sangat dingin, sepi, sunyi, sang puan merasa sendiri. Kehilangan yang begitu berarti.

Lalu, bagaimana dengan tuan?
Dia pergi, tanpa menengok kembali. Meninggalkan sebuah rumah dengan segala kenangannya tanpa tersisa. Selain puan yang sedang tertidur lelap dengan air yang mengalir diujung matanya, dan sepotong hati yang kini tak lagi berpenghuni.

HLP - 16/02/20
Suarasarasore

Selasa, 25 Februari 2020

Tedung Malam Serta Fajar

Tedung malam hadir menyapa digantikan dengan sang fajar beserta sinarnya.
Tak apa biar aku saja yang menyambutnya, meski dengan tangis haru kehilangan sosok rembulan yang sangat kucinta.

Rembulanku sangat indah semalam, menemaniku tertidur pulas, hingga tak sadar akan dunia sekitar, bermimpi banyak hal termasuk tentang dia.

Membiarkannya berlari lari dianganku, tertawa bahagia, aku hanya bisa menikmatinya tanpa harus menyentuhnya. Tapi aku turut bahagia, dan meminta semesta menjaganya untuk terkhir kalinya.

Tetiba sinar itu perlahan menyelinap lewat sela sela jendela kamarku, malu malu tapi mau. Aroma embun pagi ini membawaku terbangun dari mimpiku, dan lagi lagi aku kehilanganmu.

HLP - 17/2/20
Suarasarasore

Minggu, 23 Februari 2020

February dan Kamu

Teruntuk februari,
Aku ingin berterimakasih karena telah mengizinkan aku mengenal salah seorang dari bagianmu.

Teruntuk kamu,
Selamat bulan februari,
Seandainya kamu ada disampingku aku ingin bercerita tentang satu hal yang tak pernah aku ceritakan sebelumnya kepadamu, bahwa salah satu hari terbaikku adalah saat aku mengenalmu.

Duduklah disampingku temani aku bercerita pada bulan februari tentang salah seorang bagiannya yang pernah begitu aku cintai.

Kalau saja aku bisa menentukan jalan hidupku, aku ingin mengenalmu lebih baik dari waktu itu, tapi tidak untuk lebih dalam mencintaimu.

Tau tidak?
Aku masih mencoba terbiasa menemui february tanpamu. Tanpa lilin dan kue ulang tahun, juga hadiah special yang kusiapkan untukmu. Aku masih mencoba terbiasa, melewati february tanpa memelukmu erat di hari itu. Hari dimana kita selalu dapat duduk berdua, membacakan pesan cinta dariku untukmu, atau sekedar saling mencolek cream kue ke wajahmu dan aku. Hari itu takkan terjadi lagi.

Teruntuk february dan kamu.
Terimakasih telah singgah meskipun tanpa sungguh.

Aku mencintai kata kita yang terdiri dari aku dan kamu juga cinta, tapi mungkin tidak dengan semesta.

HLP - 24/02/20
Suarasarasore

Minggu, 09 Februari 2020

Ini Perihal Sesuatu yang Hilang

Pertanyaan besar selalu muncul di kepalaku
Apakah ada yang baik - baik saja ketika berbicara perihal kehilangan?
Apakah ada yang benar - benar siap untuk merasakan kehilangan?
Apakah ada yang begitu mudahnya mengikhlaskan tanpa keraguan?
Tidakkah kehilangan selalu meninggalkan bekas yang terlalu dalam entah tentang apapun itu.
Atau tidakkah kehilangan selalu menimbulkan airmata yang bertubi tubi tanpa henti sebelum akhirnya kita sadar dan semua keberat hatian harus berhenti.
Perihal kehilangan yang selalu mengajarkan untuk kuat memang benar walau menyakitkan.
Perihal kehilangan selalu mengajarkan kita untuk berlapang dada tidak salah namun selalu berat menjalaninya.

Perihal itu semua, jika itu tentang kehilangan kita memang hanya perlu menerima meski berat terasa namun semua harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.

HLP, 6/3/2019
Suarasarasore

Sabtu, 08 Februari 2020

Hanya Takut Kamu Pergi

Semua terlihat menakutkan.
Tanpamu gelap aku dalam ruang hampa.
Tersesat aku di hutan belantara.
Terjebak aku dilubang dalam tanpa udara.
Sepi, sunyi, aku takut kamu pergi.

Aku hanya ingin berdiam diri di tempat ini, aku nyaman meski harus seperti ini. Aku tak peduli tentang luka yang darahnya masih terus mengalir di dada ini. Aku hanya takut kamu pergi.

Sekali lagi, kumohon jangan berubah, tetaplah seperti ini.

Ruang gelap penuh harap,
4/6/19
Suarasarasore

Jumat, 07 Februari 2020

Percuma!

Dadaku sesak
Ingin rasanya menangis terisak isak,
Tapi untuk apa? Rasanyapun percuma
Pedulimu tak lagi padaku.

Aku tetap harus melewati malam panjang tanpa kamu, semua sudah berakhir. Bahkan sebelum kau coba untuk memulainya.

Semua cita yang aku rangkai, kau hancurkan begitu saja. Aku membisu tanpa kata
Ingin marah, tapi aku ini siapa?

Bahkan alampun sudah tak ada daya untuk membela, karena tau kau itu keras kepala.
Percuma, sekeras apapun berusaha mengerahkan daya upaya, menjelaskan banyak cerita, kau tetap memilih pergi. Tanpa peduli tentang usahaku selama ini, mematahkan banyak hati demi mempertahankan kau yang justru akhirnya mematahkan hatiku sendiri.

Saat ini, aku hanya bisa melihatmu pergi, melepasmu yang mungkin tidak akan kembali melihatku lagi.

HLP - 8/2/20
Suarasarasore